Dear... you

Ada sebuah kenangan manis yang tak pernah membuatku berhenti tersenyum kala mengingatnya...

Aku hanyalah seorang anak perempuan lugu dengan keterbatasan dalam mengungkapkan sebuah perasaan. Hingga tujuh tahun berlalu, semuanya masih dalam keadaan diam tak bergerak.

Kala itu, selintas aroma wangi mengalir memasuki syaraf penciumanku, hingga rasanya geli jika aku mengharap bahwa orang itulah yang telah membawa sebuah pesan singkat untuk meyakinkanku bahwa dia ada disini; disekitarku. Kuhirup aroma itu dalam-dalam dalam kediaman ekspresi wajahku yang sebenarnya menciptakan letupan-letupan halus dalam dadaku.

Aku menemukannya di dalam saku rok abuku, tercampur bersama lembaran-lembaran kertas berwarna ungu-merah muda lainnya. Iya, ini dia. Aku bisa merasakan bahwa inilah dia ! Tak hentinya aku berpikir bahwa mungkin ini sebuah 'sign' darinya untukku. Hahaha, aku begitu berharap hingga semburat merah muda di pipiku tak bisa kusembunyikan lagi.

Berat rasanya untuk bicara, apalagi otakku selalu berkata "hei, sadarkan dirimu!" Lalu aku mencoba meyakinkan diriku untuk menghentikan semua ini. Tapi tak seperti yang kuharapkan, perasaan ini ternyata terus tumbuh tanpa pernah kuberi pupuk. Kuharap satu-satunya jalan untuk menghentikannya adalah dengan lupa ingatan.

Hei, kamu ! Aku benci dengan ketidaksinkronan yang membuatku seperti orang tak waras. Aku yang kerdil ini tak bisa menembus kilauan cahaya dari pesona menyebalkan itu.

Aku tak berani berharap lagi dalam ketidaksempurnaan cinta yang kumiliki. Namun itu tak berarti aku akan berputus asa. Aku masih sama, menyimpan kenangan itu baik-baik sampai tak kubiarkan siapapun menjamahnya. Aroma itu, akulah satu-satunya yang bisa menciumnya. Dan aku harap suatu saat kau bisa mengingat hal itu. Bahwa aku adalah orang yang seharusnya kau tuju.