Cast: Edrick || Sarah a.k.a aku || and other support cast
Genre: Mistery, romance, school life
Enjoy!!
....
Dear momokochi
Ternyata hidup di negara orang yang asing ini sangat melelahkan. Bila aku ingat kembali, sejak pertama aku menginjakkan kaki di rumah tua itu banyak kejadian yang membuatku hampir gila. Setiap hari selalu ada hal yang membuat otakku tidak pernah berhenti berpikir. Memang, semua hal yang terjadi di hidupku membuat hidupku menjadi lebih berwarna, tapi aku harap warnanya tidak abu-abu seperti ini. Memang, kejadian ini membuat hidupku menjadi lebih menantang, tapi sekaligus mengancam nyawaku sendiri. Setiap minggu kami selalu pergi ke gereja dan meminta banyak hal pada Tuhan, dan kami tahu kami selalu dilindungi.
* * *
Di depan pintu kelas Beau tiba-tiba melabrakku, dia berteriak-teriak di depan wajahku bicara tentang hal yang tidak aku mengerti. Aku tidak bodoh, tapi aku memang tidak mengerti apa yang perempuan itu katakan. Dia pikir aku pergi berkencan dengan Edrick. Apa? Gosip dari mana itu, lucu sekali. Sebenarnya apa yang ada di kepala gadis jahat itu? Kenyataannya adalah kami berlari dari kejaran polisi, bukan pergi berkencan. Dasar gadis bodoh. Andai saja aku bisa mengatakannya langsung didepan wajahnya. Sayang, ini akan menjadi bencana. Tapi, aku tidak tahan lagi. Sampai kapan aku harus diam dan mengalah saat harga diriku terus menerus dinjak-injak olehnya.
Di depan pintu kelas Beau tiba-tiba melabrakku, dia berteriak-teriak di depan wajahku bicara tentang hal yang tidak aku mengerti. Aku tidak bodoh, tapi aku memang tidak mengerti apa yang perempuan itu katakan. Dia pikir aku pergi berkencan dengan Edrick. Apa? Gosip dari mana itu, lucu sekali. Sebenarnya apa yang ada di kepala gadis jahat itu? Kenyataannya adalah kami berlari dari kejaran polisi, bukan pergi berkencan. Dasar gadis bodoh. Andai saja aku bisa mengatakannya langsung didepan wajahnya. Sayang, ini akan menjadi bencana. Tapi, aku tidak tahan lagi. Sampai kapan aku harus diam dan mengalah saat harga diriku terus menerus dinjak-injak olehnya.
“Ambil saja orang itu dan masukkan kedalam tas ketiakmu agar dia tidak lari kemana-mana !”
Astaga, benarkah aku mengatakan itu? Wah, aku merasa bangga. Dan tentu saja, wanita itu marah. Dia membuka lebar-lebar matanya yang aku pastikan akan jatuh menggelinding sebentar lagi.
“Apa? Beraninya kau bicara seperti itu. Dasar wanita murahan!”
Dia hampir saja menjambak rambutku, tapi aku berhasil mengelak.
“Seorang wanita mengejar laki-laki, memberikan apapun yang laki-laki inginkan, merayu dan menempeli laki-laki itu kemanapun dia pergi. Aku tanya padamu, siapa yang sebenarnya wanita murahan ?!”
Aku segera pergi dan duduk di bangkuku dengan santai sambil mengeluarkan buku dan membacanya. Aku tahu, seisi kelas tengah memperhatikanku. Tapi aku tidak peduli, mereka berhak menatapku seperti itu. Dan aku tidak peduli dengan masalah yang akan menimpaku sebentar lagi. Orang yang duduk disampingku bahkan pindah ke tempat lain dan membicarakanku, rupanya ada siswa yang tidak masuk. Ketika suara langkah kaki mulai semakin jelas terdengar, para siswa berhamburan duduk ke tempat mereka masing-masing. Suara ketukan sepatu higheels Miss Ryn memang sudah tidak asing lagi di telinga. Tidak lama, seseorang menyusulnya dari belakang dan meminta maaf karena telah datang terlambat. Tempat duduk orang itu sudah ditempati oleh orang yang biasanya duduk di sebelahku. Lalu, dia datang padaku dan kukira dia akan duduk disampingku tapi ternyata,
“Pergilah, aku tidak suka baumu.”
Apa? Apa yang dia katakan? Dia kasar sekali padaku. Aku sampai tersentak mendengar kata-kata itu. Apa mungkin wangi parfumku tidak enak? Aku mencium bajuku, tidak, tidak bau dan wanginya segar. Aku tidak bau, sungguh. Setiap hari aku memakai deodorant dan parfum. Ringan sekali dia bicara seperti itu padaku. Seisi kelas seketika gaduh, tentu saja, mentertawakanku. Baiklah, sabar, sabar. Aku harus sabar dengan semua ini. Lalu, kalau dia tidak mau duduk denganku silahkan saja cari tempat duduk sendiri. Kami memang bukan anak kecil lagi, dan Miss Ryn sama sekali tidak mau ambil pusing. Dia benar, kalau orang ini mau duduk silahkan, kalau tidak lebih baik dia keluar. Dan rupanya dia tetap duduk disampingku. Dengan terpaksa tentu saja.
Sebenarnya aku ingin mengatakan bahwa dia akan berurusan dengan polisi hari ini. Tapi, lebih baik itu menjadi kejutan baginya karena aku ingin melihat ekspresi ketakutannya. Pasti sangat lucu. Dan seperti biasa, kami memang bukan teman jadi kami tidak saling berbicara, tidak pernah. Apalagi setelah dia menghinaku. Aku tidak akan pernah bicara lagi padanya.
Ketika kami hampir selesai dengan pelajaran hari ini, pintu kelas terdengar diketuk oleh seseorang. Ketika Miss Ryn membukanya, terlihatlah dua orang polisi yang mengintrogasiku kemarin. Tamatlah riwayatmu, Edrick, mereka akan menangkapmu. Aku memalingkan wajahku kearahnya dan tersenyum sinis. Entah kenapa hari ini aku merasa jahat. Tapi lelaki itu tidak menyadari kedatangan polisi dan hanya sibuk menulis, tanpa ekspresi. Dan saat Miss Ryn memanggilnya, dia tersadar dan menghampiri mereka di depan pintu, lalu dia kembali ke bangkunya, membereskan semua buku dan pergi dengan tasnya. Tapi, aku tidak melihat ekspresi ketakutan darinya, yang ada hanya poker face-nya dengan bibir yang agak pucat. Saat semua orang di kelas ini memperhatikannya dan berbisik-bisik dia bahkan tidak peduli sama sekali. Tiba-tiba namaku juga dipanggil.
“Apa, aku juga?”
Ah, aku benci berurusan dengan polisi lagi. Padahal kemarin mereka telah mengintrogasiku lama sekali dan masih belum cukup juga. Memangnya apa yang diinginkan polisi itu. Ya, suara-suara itu mulai terdengar lagi. Gosip pasti akan segera beredar di sekolah ini. Aku sebenarnya tidak masalah jika aku harus digosipkan dengan lelaki itu, tapi yang menjadi masalah adalah tindakan-tindakan orang-orang yang membenciku. Tapi sebelum itu terjadi, aku sudah lebih berani dari biasanya. Perlawananku pada Beau tadi telah memberiku sedikit kekuatan untuk bertindak, tidak hanya tertunduk dan menerima semua hinaan mereka.
Di kantor polisi kami berdua dihadang oleh ratusan pertanyaan, dibandingkan kemarin, hari ini pertanyaanku lebih sedikit. Mereka terus menekan Edrick dengan pertanyaan-pertanyaan yang sama berulang-ulang, memastikan bahwa lelaki itu tidak berbohong dan memberikan jawaban yang sama. Seperti itu juga yang mereka lakukan padaku kemarin. Aku merasa kasihan padanya, tapi wajahnya sama sekali tidak menunjukkan rasa takut. Aku malah melihat wajah putihnya itu semakin pucat dan lemas. Terlihat seperti orang sakit. Apalagi dia selalu mengenakan mantel panjang atau hoddie dan menutupi kepalanya.
Setelah kami selesai. Aku pergi ke rumah sakit untuk menjenguk papa. Sedangkan Edrick, aku tidak peduli kemana perginya. Papaku sudah terlihat lebih baik dari kemarin, dokter juga membolehkannya pulang hari ini. Aku sangat senang akhirnya kami bisa berkumpul bersama lagi.
* * *
* * *
Malam harinya kami makan bersama Mr Rudolf beserta isterinya. Di meja makan yang biasanya sepi sekarang penuh dengan makanan yang lezat. Kami berbincang dan tertawa banyak menceritakan kisah-kisah lucu dari Mrs Rudolf. Kebersamaan ini begitu terasa hangat olehku. Sudah lama aku tidak merasakan bahagianya makan bersama keluarga yang utuh. Sejak papa bercerai dengan mama aku sangat kesepian. Kata mereka, perbedaan ras dan budaya bisa disatukan dengan cinta, tapi perbedaan tujuan dalam hidup memaksa logika untuk mengakhirinya. Setelah tiga bulan berpisah, aku yang saat itu tinggal bersama mama merasa bahwa ini adalah akhir bahagiaku. Setelah lulus SMP akhirnya aku tinggal bersama papa, bahkan dia bilang bahwa dia menyesal telah berpisah dengan mama. Lalu, papa mengajakku pindah tapi entah bagaimana tiba-tiba aku terdampar di desa ini. Masalah keluarga ini begitu sulit untuk aku ceritakan. Mengingatnya saja bahkan aku tidak sanggup lagi. Aku hanya tidak ingin menangis. Bukankah sekarang aku tengah menikmati makan malam? Seharusnya aku tidak perlu mengingat masalah yang membuat keluargaku hancur, aku tidak perlu mengingat kesedihan saat sedang menikmati kebahagiaan.
Di sela-sela pembicaraan Mr Rudolf menyinggungku, soal seseorang yang membawaku kabur kemarin. Lalu suasana tiba-tiba menjadi hening, papa menatapku, dan Mr Rudolf masih menunggu jawaban dariku. Aku bingung harus menjawab apa, dia memang membawaku kabur. Aku harus segera menyiapkan kebohongan agar tidak timbul masalah baru. Karena kupikir kasus papa tidak ada hubungannya dengan Edrick sebagai teman sekelasku, tapi dengan Edrick sebagai mutan.
“Hmmm, dia...dia...pacarku.”
Aku menjawab sekenanya. Aduh, ini bukan hal yang kuinginkan. Papa langsung menghembuskan nafas berat dan menyenderkan tubuhnya di kursi. Aku tidak berani menatap Mr Rudolf, karena saat dia sedang serius, tatapannya sangat menyeramkan. Aku hanya tertunduk, lalu aku mendengar papa tertawa, dan aku heran kenapa papa begitu.
“Kau ternyata sudah besar. Papa seharusnya tidak terlalu mengekangmu dalam bergaul. Tapi sekolahmu harus tetap diutamakan.”
“Iya, pa, sekolahku tetap menjadi prioritas utama.”
Aku harus segera mencari pembahasan lain sebelum Mr Rudolf bertanya lagi. Bisa saja dia bertanya, siapa nama anak itu? Dimana rumahnya? Dan kenapa dia membawamu lari dari polisi? Aku benar-benar tidak tahu apa yang harus kukatakan seandainya dia menanyakan hal itu.
“Hmmm, pa, bolehkah aku ikut acara penelitian di sekolah?”
Kata-kataku mulai meracau, mana ada acara penelitian di sekolah? Karena hanya hal itu yang tiba-tiba muncul di otakku. Yang penting Mr Rudolf tidak mempertanyakan masalah tentang Edrick atau polisi lagi.
“Kalau semua tentang pelajaran tentu saja papa izinkan.”
Lalu aku memasang senyum, senyuman yang mengisyaratkan bahwa aku ingin mengakhiri obrolan ini. Tampaknya Mr Rudolf juga sudah tidak mempedulikan urusanku. Dia terlihat lebih fokus pada supnya. Sebenarnya di dalam otakku ini masih ada ribuan pertanyaan yang ingin aku tanyakan padanya. Tapi, sepertinya dia tidak akan memberitahuku semua hal itu. Sebelum aku percaya pada salah seorang diantara Edrick dan Mr Rudolf, aku harus membuktikannya sendiri. Tentang ular itu, tentang kebenaran bahwa Edrick adalah seorang mutan, dan tentang keterkaitan pamanku dalam masalah ini. Yang menjadi kendalaku kali ini adalah, darimana aku harus memulai?
“Biar aku saja yang membereskan semuanya.”
“Biar aku bantu, Mrs Rudolf. Kau tidak perlu melakukannya sendiri.”
“Baiklah kalau begitu.”
Mrs Rudolf menyabuni semua piring dan gelas, sedangkan aku yang membilasnya. Papa dan Mr Rudolf pergi ke ruang tengah, aku penasaran apa yang akan mereka lakukan. Lalu aku mencuri-curi pandang kearah mereka. Papa memperlihatkan sesuatu, sebuah kertas besar, tapi aku tahu apa itu. Sebuah sketsa proyeknya. Tidak ada pembicaraan mengenai kasus papa. Mungkin mereka tidak ingin membahasnya lagi.
Mr Rudolf dan isterinya berpamitan pulang, Mrs Rudolf bahkan menciumku tiga kali. Katanya, dia ingin mengangkatku sebagai anak mereka. Tapi aku tahu itu hanya gurauan, dan papa hanya bisa tertawa mendengar hal itu. Setelah mereka pergi, papa tidak bicara apa-apa lagi padaku setelah dia bilang ingin beristirahat. Dan aku juga langsung pergi ke kamarku.
Aku membuka buku-buku biologi, mempelajari kembali tentang materi genetik dan mutasi. Di buku hanya di jelaskan bahwa pada manusia, mutasi bisa terjadi karena kelainan saat dalam masa kandungan, dan bersifat menurun karena penyimpangan gen. Jika terjadi mutasi kromosom maka bayi yang akan lahir mengalami perubahan struktur atau jumlah kromosom sehingga bayi itu beresiko mengalami sindrom-sindrom tertentu. Tapi, itu adalah mutasi alami dan itu jelas tidak terjadi pada Edrick. Sedangkan mutasi buatan dilakukan dengan pemotongan atau penyisipan DNA menggunakan radiasi sinar x, sinar ultraviolet, atau zat-zat kimia. Yang menjadi pertanyaanku adalah, apa yang orang-orang itu gunakan pada percobaannya tersebut? Banyak kemungkinan yang sulit untuk aku pastikan.
Aku membuka buku-buku biologi, mempelajari kembali tentang materi genetik dan mutasi. Di buku hanya di jelaskan bahwa pada manusia, mutasi bisa terjadi karena kelainan saat dalam masa kandungan, dan bersifat menurun karena penyimpangan gen. Jika terjadi mutasi kromosom maka bayi yang akan lahir mengalami perubahan struktur atau jumlah kromosom sehingga bayi itu beresiko mengalami sindrom-sindrom tertentu. Tapi, itu adalah mutasi alami dan itu jelas tidak terjadi pada Edrick. Sedangkan mutasi buatan dilakukan dengan pemotongan atau penyisipan DNA menggunakan radiasi sinar x, sinar ultraviolet, atau zat-zat kimia. Yang menjadi pertanyaanku adalah, apa yang orang-orang itu gunakan pada percobaannya tersebut? Banyak kemungkinan yang sulit untuk aku pastikan.
Jika aku pikir-pikir, sifat Edrick mirip seperti vampire. Menghisap darah, bergigi taring, dan telinga meruncing. Sedangkan hewan yang biasa disebut sebagai vampire adalah kelelawar penghisap darah. Yang aku tahu hanya dua, desmodus rotundus dan diaemus youngi. Satu lagi aku lupa.
Ketiga kelelawar vampire itu sama-sama berasal dari benua Amerika bagian Tengah dan Selatan. Wilayah persebarannya mulai dari Meksiko, Brasil, Argentina, juga beberapa wilayah di benua Eropa. Aku tidak tahu mana yang lebih dominan pada Edrick. Saat ayahnya menyuntikan suatu cairan pada tubuhnya, pasti itu adalah campuran DNA dari salah satu kelelawar itu dan sesuatu yang tidak aku ketahui. Sebagian DNA Edrick pasti telah tersisipkan oleh DNA dari kelelawar itu.
Huh, aku pusing. Mereka bertiga adalah peneliti yang sangat cerdas, atau mungkin jenius. Mutasi buatan ternyata bisa mengubah seorang manusia biasa menjadi makhluk yang mengerikan. Aku tidak menyangka. Dan, Edrick juga mengatakan bahwa ada ular raksasa yang tinggal di bawah rumah ini. Memang sebesar apa ukurannya? Aku harus waspada dan mencari tahunya sendiri.
* * *
Aku baru terpejam beberapa saat dan terbangun kembali setelah mendengar sesuatu yang pecah. Aku segera pergi mencari tahu apa yang terjadi. Anak tangga yang berderit ini sangat mengganggu sekali. Suara tadi seperti berasal dari dapur, lalu aku segera menuju tempat itu. Setelah menyalakan lampu, aku memeriksa ruangan ini. Tapi, tidak ada apapun. Suara barang-barang jatuh kembali terdengar, tetapi bukan disini, hanya saja terdengar begitu jelas dan dekat. Aku tahu, basement. Pintu basement terletak dibawah tangga, sebenarnya ada 3 pintu yang menuju ke ruang bawah tanah itu. Di bawah tangga, di pojok sana arah menuju gudang, dan di belakang rumah ini. Satupun aku tidak pernah menyentuhnya. Terlalu beresiko bagiku. Ada sesuatu didalam ruangan ini, aku yakin. Aku mendekatkan telingaku di depan pintu, kedengarannya seperti ada barang-barang yang berjatuhan. Lalu, aku mencoba memegang gagang pintu, dan mencoba mendorongnya, tidak dikunci. Sepertinya dibawah sana sangat gelap. Tapi, tiba-tiba sesuatu mengejutkanku, membuatku melonjak kaget.
“Sarah, kau tidur sambil berjalan lagi?”
...
...
Duuuuhhh makin rancu deh >< hehehe
What's on your mind?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar