Title: BAILOCH
Cast: Edrick || Sarah a.k.a aku || and other support cast
Genre: Mistery, romance, school life
Enjoy!!
....
“Aku tidak makan manusia, tapi jika aku ingin aku akan melakukannya.”
Aku mencoba membuka mataku, sepertinya dia tidak semenakutkan seperti saat pertama aku melihatnya.
“Siapa kau itu. Hantu, monster, vampire,...?”
Dia tidak menjawabnya. Jika kuperhatikan, dia seperti manusia tapi terlihat berbeda. Manusia tidak memiliki taring dan telinga sepanjang itu, kulitnya juga sangat putih dan pucat, dan gaya rambut berponinya sangat manis. Maksudku, tentu saja jika dia tidak menyeringai padaku.
Aku pernah beberapa kali menonton film vampire di tv, dari film lokal sampai mancanegara. Vampire adalah sebutan untuk seorang makhluk penghisap darah. Aku tidak percaya bahwa vampire itu ada. Itu hanya mitos dan cerita fiksi saja, kalaupun ada, julukan bagi vampire adalah kelelawar penghisap darah. Tapi manusia seperti dia ini, aku pikir dia hanyalah orang gila yang berpura-pura menakutiku. Ya, orang gila yang masuk dari jendala kamarku. Taring dan telinganya itu pasti hanya tempelan dari plastik.
Aku mendekatinya, dia tidak menerkamku. Kini rasa takutku sudah hilang. Aku memperhatikannya dari dekat, bau amis. Orang gila ini pasti jarang mandi dan sikat gigi. Lalu aku menarik kedua pipinya, gigi taringnya ini tidak sepanjang tadi. Lalu aku menarik kedua telinganya dan mencubitnya, astaga ini terasa asli.
“Apa yang kau lakukan?”
“Aku baru melihat orang gila dari Skotlandia sepertimu.”
“Kau seharusnya berhati-hati padaku.”
“Baiklah, aku akan berhati-hati karena orang gila itu suka menjambak tiba-tiba. Lalu mau apa kau kesini?”
“Aku mencium bau darah yang segar.”
“Kau pandai sekali berkata omong kosong, dasar gila. Kalau begitu silahkan saja makan aku.”
Tiba-tiba aku mulai merinding, sepertinya aku salah bicara. Astaga kenapa aku malah menawarkan diriku sendiri? Sorot matanya kembali menyala dan taringnya memanjang. Baiklah aku pikir dia bukan orang gila. Dia menyeringai lagi, aku mulai takut dan ingin berteriak tapi orang ini mengangkat rahangku ke atas.
“Coba katakan sekali lagi!”
Aku menggeleng dengan cepat, air mataku mengalir begitu saja.
“Aku sudah bilang aku tidak makan manusia, tapi kau malah memintaku untuk memakanmu. Kalau begitu tidak ada pilihan lain, kau akan mati.”
Orang ini menuju ke leherku, hembusan nafasnya membuatku geli. Aku tahu sebentar lagi dia akan menyedot darahku dan mencabik-cabik dagingku. Aku tidak bisa bergerak, papa tolong aku.
Secerca cahaya tiba-tiba masuk dari jendela kamarku, lama-lama kamarku yang gelap mulai terang. Makhluk itu terlihat terkejut dan ketakutan, dia melompat masuk ke kolong tempat tidurku. Aku tahu vampire itu takut dengan sinar matahari. Untung saja, aku tidak jadi mati olehnya. Dan aku akan mengusirnya hari ini juga.
Papa mengetuk pintu, aku segera menghapus air mataku. Dia menghampiriku dengan memakai celemek, pasti sedang menyiapkan sarapan untukku. Seperti biasa, aku sarapan berdua dengannya. Hari ini hari pertama aku pergi sekolah dan papa mulai mengawali bisnisnya.
Sekolah baruku ternyata tidak seperti dugaanku, sekolah ini ternyata terlihat sangat modern dan luas sekali. Hari pertama ini aku diantar oleh papa, setelah mengurus beberapa hal dia meninggalkanku. Perasaanku sangat senang. Mereka akan menjadi temanku sebentar lagi. Aku tidak sabar ingin berbagi cerita dengan mereka. Saat memasuki kelas baruku bersama ibu guru, atau mereka biasa memanggilnya dengan panggilan Miss Ryn, aku diminta memperkenalkan diriku, seperti yang aku duga. Aku mengamati ruang kelas ini, dan memandangi semua wajah-wajah yang baru aku lihat. Mereka semua berkulit putih sedang kulitku berwarna coklat. Sangat jelas bahwa kami berbeda. Lalu Miss Ryn menyuruhku untuk duduk. Ini pertama kalinya aku bertemu dengan orang asing sebanyak ini. Dan lagi, aku mungkin akan cukup kesulitan menyesuaikan dengan accent mereka. Bahasa Inggris Amerika dan UK memang berbeda. Dan lagi, setiap negara dari UK memiliki accent yang berbeda-beda, dan menurutku accent Skotlandia-lah yang paling sulit.
Harus diketahui bahwa sistem pendidikan disini berbeda dengan di Indonesia. Disana, ketika lulus SMP pasti kita akan melanjutkan ke SMA ataupun sekolah kejuruan, sedangkan disini ketika siswa lulus dari sekolah setingkat SMP yang disebut dengan primary education, akan dilanjut pada further education, bisa dibilang setingkat dengan SMA. Hanya saja further education ditempuh selama dua tahun. Itu ditujukan untuk mempersiapkan siswa untuk melanjutkan pendidikan pada tingkat tinggi. Dan biasanya siswa hanya belajar 3 sampai 4 mata pelajaran yang berhubungan dengan jurusan universitas yang akan diambil.
Kelas ini rapi dan luas, ditambah denganku total siswa di kelas ini menjadi 25 orang. Di bagian belakang ruangan, ada sebuah rak kecil yang agak panjang untuk menyimpan buku-buku pelajaran tambahan. Dan tidak ada aturan untuk mengenakan seragam sekolah. Ini menyenangkan. Aku duduk di barisan paling belakang, satu-satunya tempat kosong, teman yang duduk disebelah kiriku seorang laki-laki yang sedari tadi menundukkan kepalanya. Pakaiannya menutupi sampai leher dan dia juga mengenakan knit cap berbahan wol yang tebal, hampir tak terlihat bagian lain dari tubuhnya selain wajah dan telapak tangannya saja. Aku menyapanya, tapi sepertinya dia tidak mendengarku.
Ketika Miss Ryn mengawali pelajaran, semuanya tenang dan khidmat, tidak ada seorang siswapun yang bicara. Sepertinya disini hanya suara hatiku saja yang terdengar sangat keras. Aku masih penasaran dengan orang yang duduk di sampingku ini, dia adalah teman pertamaku tapi sedari tadi dia tidak mengacuhkanku.
“Hai apa kau sakit, kenapa kau selalu menunduk? Namaku Sarah, kau siapa?”
Anak itu tidak menjawabku, lalu dia menoleh kearahku dan seketika aku melonjak kaget. Aku langsung terjatuh dari kursiku dan berteriak sehingga semua orang di ruangan ini memandangiku dengan heran. Sepertinya ini akan menjadi awal buruk hari-hariku di sekolah.
“Kenapa Sarah?”
Miss Ryn bertanya padaku. Aku menjawab,
“Dia, dia itu vampire.”
Seketika kelas menjadi gaduh. Mereka semua menertawakanku dan ada pula yang mengejekku. Tapi sungguh, orang ini adalah makhluk yang semalam masuk ke kamarku dari jendela. Yang akan menghisap darahku.
“Aku tidak bohong, semalam dia terbang dan masuk ke kamarku.”
Kelas semakin bertambah riuh. Miss Ryn menghampiriku dan menyuruhku untuk pindah dari tempat itu. Seseorang bertukar tempat duduk denganku.
“Miss apa boleh aku pindah ke kelas lain saja? Kumohon, dia akan memakanku.”
“Kalau kau ingin pindah ke sekolah lain, pintu gerbang masih terbuka lebar.”
Dengan kegaduhan yang aku ciptakan ini, sepertinya Miss Ryn jengkel dengan sikapku. Meskipun aku mengatakan hal yang benar tapi kurasa percuma saja. Semua orang tidak akan percaya.
“Tapi aku tidak bohong.”
“Baiklah, hentikan. Kau pindah saja duduk di sini. Kalaupun dia adalah vampire seperti dugaanmu, maka orang inilah yang akan menjadi mangsa pertamanya.”
Miss Ryn menunjuk seseorang yang disuruhnya untuk bertukar duduk denganku. Tidak henti-hentinya aku mendengar olokan dari orang-orang ini, mereka terus tertawa, menertawakanku. Dan orang yang aku bilang vampire itu dia juga tertawa, sikapnya sangat normal seperti yang lainnya. Mungkin aku hanya berhalusinasi saja, karena aku kurang tidur semalam. Kelas normal kembali, tapi aku tidak bisa berkonsentrasi sama sekali, aku tidak bisa menghentikan rasa penasaranku. Aku selalu menoleh ke arahnya, lebih menarik memperhatikannya daripada pelajaran saat ini. Aku memalingkan wajahku saat dia memergokiku sedang memperhatikannya. Sepertinya aku tidak sedang bermimpi, beberapa kali aku mencubit pipi dan tanganku, terasa sakit. Yang aku lihat sekarang ini adalah orang yang semalam memasuki kamarku. Ya, aku yakin aku tidak salah lihat. Hanya saja dia sekarang memakai kacamata, tapi itu pasti hanya sebagai penyamaran atau untuk mengatasi penglihatannya yang buruk di siang hari. Aku harus membuka penutup kepalanya, telinganya itu runcing seperti kurcaci, saat semalam aku memegangnya, itu memang terasa asli. Baiklah, saat istirahat aku akan membuka penutup kepalanya.
Inilah yang aku tunggu-tunggu, aku akan mengikutinya kemanapun, kecuali toilet laki-laki. Aku menunggunya keluar kelas lebih dulu. Ketika aku akan mengikutinya, beberapa anak menghampiriku dan menyapaku. Ada yang mengulurkan tangannya padaku dan ada pula yang melanjutkan tertawa karena tingkahku tadi. Sial, aku tidak tahu kemana orang itu pergi, mereka menghalangiku. Aku berlari dan kabur dari mereka, sesuatu yang aku tuju saat ini adalah orang itu. Untung saja aku bisa mengejarnya, dia bersama teman-temannya berjalan menuju kantin dan membeli makanan ringan setelah itu pergi ke taman. Wah, tempat yang bagus dan bersih. Orang-orang disini boleh makan dimanapun yang mereka mau, dan tidak ada sampah yang mereka tinggalkan. Ternyata mereka sadar dengan kebersihan dan bisa menjaga lingkungan. Aku suka tempat ini. Aku memperhatikan mereka dari balik tiang lampu, memang ukurannya terlalu kecil untuk menyembunyikan seluruh badanku.
Aku sudah menghabiskan waktuku memperhatikannya dari tadi, aku tidak ingin sembunyi lagi. Lalu aku memberanikan diri menghampiri mereka.
“Hai, boleh aku duduk disini?”
Mereka hanya menatapku dan mengangguk tapi tidak menjawab, lalu mereka kembali pada perbincangan mereka. Dan aku tidak dihiraukan.
“Aku ingin bertanya, siapa nama kalian?”
Salah seorang diantara mereka berempat melirik kearahku dan mengulurkan tangan.
“Namaku Billy. Aku ketua tim basket sekolah ini.”
Aku langsung membalas jabatannya. Kemudian dua orang di sebelahnya juga turut berkenalan denganku. Mereka adalah Niel dan Tryton. Lalu aku mengulurkan tangan pada orang aneh itu, tapi dengan sinisnya dia berkata,
“Bukankah kau sudah tahu aku siapa?”
“Huh, benarkah?”
“Aku adalah vampire."
Orang itu menyeringai dan meniru gaya vampire dengan tangannya, ketiga temannya tertawa sangat keras hampir membuat telingaku tuli. Aku malu sekali, sungguh. Tidak bisakah mereka tidak membahas hal ini lagi? Aku hanya terdiam, cukup lama, menunggu perut mereka kesakitan sehingga mereka bisa berhenti tertawa.
“Hei ayolah, itu sudah basi.”
Aku memasang tampang kesalku pada mereka.
“Aku tidak ada urusan yang penting kesini kecuali untuk bicara pada orang ini.”
Aku menunjuk orang yang aku yakini sebagai vampire itu dengan telunjukku. Dan orang itu tidak berekspresi sama sekali. Aku memperhatikannya dengan seksama, perlahan-lahan aku menggerakkan tanganku untuk meraih knit cap-nya, tapi dia menepis tanganku dengan kasar.
“Apa yang kau lakukan?”
“Aku hanya ingin melihat telingamu. Bukankah telingamu runcing seperti kurcaci dan matamu berwarna merah? Apa kau sekarang memakai softlense berwarna biru dan kacamata untuk menyembunyikan dirimu yang asli?”
“Huh, ada apa dengan orang ini? Dengar, aku tidak mengerti padamu. Kau ini orang asing, aku baru mengenalmu tiga setengah jam yang lalu dan kau telah menuduhku hal yang tidak-tidak.“
Memang, aku rasa aku terlalu berlebihan. Mungkin semua ini hanya kebetulan. Atau mungkin semalam hanya imajinasiku saja? Meski semuanya terasa nyata tapi ini sulit untuk dimengerti. Aku harus melupakannya.
“Maafkan aku, aku sangat lancang padamu. Aku tidak akan membuat masalah lagi.”
“Kalau begitu, enyahlah. Pergi yang jauh!”
Aku beranjak dari sana, berjalan perlahan-lahan. Dari belakang aku mendengar mereka membicarakanku. Mereka berkata bahwa aku orang bodoh, konyol dan gila. Harga diriku seperti diinjak-injak. Aku melanjutkan langkah kakiku dengan cepat menuju ke kelas. Saat aku membuka pintu, ada sesuatu menimpa kepalaku. Baunya sangat busuk dan membuatku ingin muntah, tempat sampah. Tempat sampah yang kotor dan bau menimpa kepalaku ! Lalu semua teman-temanku tertawa. Aku tidak tahu apa yang terjadi, aku terpaku sesaat, tidak tahu apa yang harus aku lakukan. Aku hanya bisa menangis dan berdiri disana. Lalu seseorang mengambil tong sampah itu dan dia tertawa di depan wajahku. Aku bingung sekaligus kesal, apa-apaan ini? Tidak tahan dengan bau ini, akhirnya dengan cepat aku berlari ke toilet.
* * *
* * *
Hari ini berlalu dengan tidak menyenangkan. Sial sekali. Mereka tidak menerimaku dengan baik di sekolah itu. Setibanya di rumah aku tersadar, papa akan pulang malam dan aku akan sendirian di rumah menyeramkan ini. Dia menyuruhku pergi ke rumah Mr Rudolf sepulang sekolah sebelum kami berangkat tadi pagi. Hari ini sudah sore, lebih baik aku tinggal di rumah dan memberanikan diri. Namun, aku baru ingat, ada sesuatu di kolong tempat tidurku. Makhluk itu. Bukankah dia takut cahaya matahari? Aku harus mengusirnya dari kamarku. Aku mengambil senter besar dari loteng dan menyalakannya. Perlahan-lahan aku berjalan menghampiri ranjangku dan menyikap bed cover yang menjuntai. Tapi makhluk itu tidak ada. Syukurlah. Tapi aku harus waspada, siapa tahu dia bersembunyi di tempat lain. Aku berharap papa tidak pulang terlalu malam, aku takut makhluk itu datang kembali kesini.
Perutku terus berbunyi, ternyata papa pulang sangat malam. Aku menunggunya sambil menahan lapar dan kantuk. Aku ingin makan bersamanya. Saat ini aku berada di meja makan ditemani segelas kopi yang baru sekali aku tengguk. Aku memang tidak terlalu suka pada kopi, sekarang kopi ini sudah dingin. Seharian ini aku merasa letih, pengalaman pertamaku di sekolah tidak berjalan baik. Kepalaku berkali-kali terantuk meja, tanganku mulai lemas menopang daguku. Tidak lama akhirnya aku mendengar suara pintu terbuka, aku langsung berlari dan menghampirinya. Itu papa.
“Hei, kau belum tidur?”
“Aku belum mengantuk.”
“Bagaimana hari pertamamu di sekolah baru, kau punya banyak teman?”
“Ya, tentu saja. Semuanya berjalan dengan baik.”
Kami duduk di sofa ruang tengah. Papa terlihat lelah hari ini, sebenarnya aku ingin menceritakan makhluk yang kemarin malam masuk ke dalam kamarku. Makhluk itu sekarang tidak ada. Tapi aku khawatir dia akan datang lagi. Melihat papa yang berkali-kali menghembuskan nafas berat, aku merasa kasihan.
“Papa ingin aku pijat?”
“Tidak usah, papa tidak pegal. Apa saja yang kau lakukan di rumah Mr Rudolf? Kau memberi makan sapi-sapi lagi?”
“Sebenarnya aku tidak kesana.”
“Kau pasti sangat lelah hari ini. Tidurlah, sudah malam. Ini bawalah dan makan di kamarmu.”
Papa membuka tasnya dan mengeluarkan sebuah kotak berisi enam buah donat. Aku menerimanya dengan sangat senang lalu berlari menuju anak tangga dan masuk ke kamarku. Sejenak, aku melupakan semua rasa takutku. Rasa lapar ini membuatku tidak bisa memikirkan apa-apa selain perut. Lampu kamar di tambah senter besar yang aku bawa tadi sore aku nyalakan. Kamarku sekarang sangat terang sehingga aku tidak perlu cemas lagi, aku berharap makhluk itu tidak lagi datang untuk memakanku. Dan malam ini aku bisa tidur nyenyak.
...tbc
Tidak ada komentar:
Posting Komentar