Mumpung lagi niat, mau coba posting tulisan saya disini. Mudah-mudahan bisa tetep dapet mood buat ngepos deh ya. Ini fiksi karya saya sendiri loh. Kalo ada kesamaan nama tokoh, cerita, latar, dan lainnya itu semua merupakan ketidaksengajaan yang disengaja, haha.
Novel ini saya tujukan pada teman" saya, khususnya yang suka baca cerita fiksi ato ff. Sebenernya teks ini udah dibikin tahun lalu, tapi karena saya malu" meong buat pamerin alhasil jadi makin membusuk di netbook ~T_T~
Jadi dimohon apresiasinya untuk memberikan saya kritik dan saran supaya kedepannya saya makin jago nulis, ^O^ aminin donk!
Jadi dimohon apresiasinya untuk memberikan saya kritik dan saran supaya kedepannya saya makin jago nulis, ^O^ aminin donk!
Tapi ini bukan ff loh, ya..it's just a story. Anggap aja novel deh atau apapun terserah. Dan mohon maaf kalo ceritanya absurd ato nyeleneh dan gak masuk akal karena saya masih amatiran. ~>_<~
-membaca adalah rekreasi terbaik untuk otak kita-
Title : BAILOCH
Cast : Edrick || Sarah a.k.a aku || and other support cast
Genre: Mistery, romance, school life
Enjoy!!
Kisahku berawal dari sini...
Dear momokochi
Kejadian ini dimulai saat pertama kali aku menginjakkan kaki di negara asing yang tidak aku ketahui tentang semuanya.
Setibanya aku di Skotlandia, aku dan papa di bawa oleh sebuah mobil van berwarna hitam dari bandara menuju rumah baruku. Perjalanan dari bandara ke tempat hunian baru kami terasa melelahkan karena ternyata tempat yang kami tuju amat sangat jauh. Jauh dari pusat kota dan keramaian. Melewati bukit-bukit dan ladang serta peternakan. Karena saat ini masih terang, banyak sapi yang di gembalakan di padang rumput yang sangat luas ini. Sapi-sapi yang bagus, berwarna putih dengan bercak hitam dan gemuk-gemuk, pasti dagingnya sangat enak dan mahal. Meski lelah aku tidak ingin melewatkan pemandangan ini, pemandangan yang menakjubkan. Meskipun terbesit rasa khawatir di dalam hatiku karena rumah-rumah di sekitar sini sangat jarang dan berjauhan. Hampir tidak terlihat ada dua rumah yang bersebelahan, mungkin karena ini di desa, desa bernama Bailoch.
Di sore hari kami tiba di sebuah rumah bergaya eropa yang khas, seperti sebuah kastil, besar dan kuno. Ini rumah pamanku, yang sudah cukup lama kosong karena dia pindah ke kota. Aku bertanya kepada papa kenapa kita tidak tinggal di apartemen pamanku saja. Tapi papaku menjawab bahwa apartemennya akan terlalu sempit untuk ditambah dua penghuni baru. Akhirnya aku mengalah dan mencoba untuk bertahan disini. Saat kami memasuki ruangan perasaanku langsung tidak enak. Baunya sangat aneh, aku tidak pernah mencium bau-bauan seperti ini seumur hidupku. Aku tidak bisa menggambarkannya, terlalu sulit untuk di jelaskan. Tapi aku berusaha untuk tidak menghiraukannya dan segera membantu papa mengangkuti barang bawaan kami ke dalam, dibantu oleh Mr Rudolf, penjaga rumah ini. Selama kami tinggal disini dia akan kembali ke rumahnya yang berjarak 5000 kaki dari sini. Mungkin bagiku itu terlalu jauh jika suatu saat kami membutuhkan sesuatu.
Kamarku dan kamar papa jaraknya agak berjauhan. Aku hanya takut jika sewaktu-waktu ada hantu menemuiku papa tidak mendengar jeritanku. Meskipun aku tidak tahu rumah ini berhantu atau tidak, tapi seperti apa rupa hantu Skotlandia? Jika di Indonesia ada pocong dan kuntilanak yang serba putih, mungkin hantu eropa lebih colourful. Ya setahuku begitu, seperti dracula dengan jubah mewahnya, dan hantu berbadan tinggi besar dengan paku-paku di kepalanya, frankenstein. Aku terus mengamati ruangan demi ruangan di rumah ini. Benar-benar kuno, semua barang seperti lampu besar yang menggantung di langit-langit itu, misalnya, bagaimana kalau lampu itu jatuh? Juga anak tangga yang mengeluarkan suara deritan, apakah kayunya masih kokoh untuk menopang berat tubuhku? Bahkan lukisan karya Rembrant Van Rijn yang terpajang di ruang tamu terlihat sangat misterius. Dari arsitekturnya, aku suka, terlihat unik dan bersih, berkat Mr Rudolf pastinya. Beralih dari kekagumanku pada bangunan ini, sepertinya aku sudah lelah sekarang. Waktunya untuk beristirahat. Aku tidak sabar ingin mengetahui lebih dalam desa ini.
* * *
Ketika aku membuka mata, aku sedikit bingung dengan keberadaanku, kupikir aku ada di kamar lamaku. Ternyata, aku telah berada di negara lain. Dari kamar aku mencium sesuatu yang harum, seperti pancake. Aku bergegas untuk sarapan bersama papa. Selepas itu aku membantunya merapikan halaman dan menanam bunga-bunga. Papa mengatakan bahwa besok aku akan mulai bersekolah, mendengarnya aku tidak tahu harus senang atau sedih, aku tidak tahu seperti apa sekolah disini dan kehidupan orang-orangnya. Hanya sedikit cemas, tapi aku rasa ini akan menjadi pengalaman yang luar biasa bagiku. Dan aku harus terbiasa.
Hari masih sangat pagi, aku dan papa pergi ke pasar untuk membeli kebutuhan bulanan. Kami melaju dengan mobil pick up pamanku yang dia pinjamkan. Seharian ini aku banyak menghabiskan waktuku di luar rumah. Aku datang ke rumah Mr Rudolf dan bermain dengan sapi-sapi miliknya, sangat menyenangkan. Dia orang yang baik apalagi isterinya. Sayang Mr Rudolf tidak memiliki anak. Selain dengan sapi-sapi miliknya ini aku tidak memiliki teman. Mungkin di sekolah baruku besok aku akan punya banyak teman. Aku tidak sabar ingin pergi ke sekolah. Ya, inilah kehidupanku di Skotlandia. Sejauh ini aku merasa senang dan semuanya berjalan normal dan baik-baik saja.
* * *
* * *
Di tengah malam aku terbangun. Aku mendengar sesuatu yang terbang di luar jendelaku. Kupikir itu hanyalah seekor burung atau kelelawar jadi aku sempat tidak menghiraukannya dan mencoba untuk kembali tidur. Tapi lagi-lagi aku terbangun karena suara kepakan itu mengganggu sekali. Dengan berani aku mengintip keluar jendela dan aku melihat, tidak ada. Sudah kuduga itu pasti hanya kelelawar, pikirku. Dari sebuah pohon sycamore yang berada di dekat jendela kamarku ada dua buah cahaya merah yang menyala. Aku mengamatinya dan kupikir itu hanyalah lampu belakang sebuah mobil yang melintas, tapi semakin aku perhatikan cahaya itu berkedip. Ada sesuatu yang bergerak dari sana. Terdengar suara kepakan sayap dan tiupan angin yang membuat mataku kelilipan, aku sedikit menjauh dari jendela dan mengucek mataku. Tiba-tiba sesuatu terbang masuk ke dalam kamarku. Sesuatu berwarna hitam dan masuk begitu saja ke dalam lemari pakaianku yang terbuka karena angin tadi. Aku mencoba menebak, itu hanya daun. Meskipun di dalam hatiku tidak mungkin ada daun sebesar itu. Dengan mengendap-endap aku mendekati lemariku, membukanya dengan perlahan. Saat itu aku terkejut hingga bola mataku sepertinya hendak melompat keluar. Di dalam lemariku ada manusia, tapi dia sangat mengerikan. Matanya menyala merah, kulitnya pucat dan bertaring. Seketika aku menjerit, menjerit sekeras yang aku bisa, aku ketakutan dan berharap papa mendengarku. Tapi makhluk itu dengan cepat membekap mulutku. Dari dekat, wajahnya sangat mengerikan apalagi telinganya runcing seperti kurcaci dan gigi taringnya menyeringai seperti akan memakanku saat itu juga. Aku tidak bisa apa-apa, hanya terpaku pada orang di hadapanku dan berharap papa segera datang. Terlihat dari bawah pintu kamarku lampu menyala dan langkah kaki semakin mendekat. Makhluk itu dengan cepat bersembunyi, dia merayap ke pojok atas dinding kamarku. Seketika itu papa membuka pintu dan menatapku dengan cemas. Di tangannya ada sebuah stick golf.
“Ada apa, Sarah?”
Aku ingin menjelaskan semuanya. Ada sesuatu yang menakutkan masuk kedalam kamarku dan makhluk itu sedang menatapku saat ini, dia berada diatas papaku, merayap di dinding seperti cicak besar. Tapi makhluk itu mengisyaratkan sesuatu, dia menempelkan jari telunjuknya di depan bibirnya. Aku rasa itu isyarat agar aku tidak memberitahukannya kepada papa. Akhirnya aku tidak mengatakan apa-apa. Rasa takut ini membuat lidahku kelu. Papa bertanya banyak hal padaku tapi aku tidak bisa menjawabnya karena makhluk itu terus menatapku. Lalu aku berbaring di tempat tidurku kembali, papa mencium keningku dan mengusap rambutku.
“Kau pasti mimpi buruk. Tidurlah kembali, kau akan pergi sekolah besok dan jangan sampai sakit.”
Aku hanya mengangguk, selepas papa meninggalkan kamarku, aku langsung menaikkan selimut sampai kepala. Makhluk itu ada di atas kepalaku, aku tidak mau melihatnya. Aku mendengar sesuatu yang merayap, apakah makhluk itu sudah pergi? Aku hanya berdoa semoga dia tidak menghampiriku. Tapi rasa penasaranku pun muncul, aku ingin memastikan bahwa makhluk itu sudah tidak ada. Ketika aku menurunkan selimut, ternyata makhluk itu ada di depan wajahku. Seketika aku ingin berteriak lagi, tapi dia dengan cepat menempelkan jari telunjuknya di bibirku, menyuruhku untuk diam. Aku tidak tahu bagaimana dia bisa melayang di atas tempat tidurku. Aku hanya bisa menahan agar air mataku tidak keluar. Sungguh aku sangat ketakutan sekarang dan tidak ada orang yang akan menolongku. Bola matanya berwarna merah, membuatku sulit untuk berpaling. Lagi-lagi dia menyeringai, bau amis dari mulutnya membuatku mual. Lalu dia berjongkok di atas besi kasurku dan mengamatiku sangat lama. Aku mengubah posisiku menjadi duduk. Sebenarnya siapa dia dan untuk apa dia masuk ke kamarku? Dia masih menyeringai seperti serigala, tapi kenapa sampai sekarang dia terus menatapku dan belum memakanku juga? Bodoh, sepertinya dia mengetahui apa yang aku katakan. Dia mulai mendekatiku, sangat dekat dengan wajahku. Hidungnya mengendus-endus dan nafasnya sangat tidak enak. Dia membisikan sesuatu di telingaku yang membuatku merinding dan takut setengah mati.
“Darah segar.”
Aku menarik selimut sampai batang hidung dan menahan nafas, dia masih mengendus seperti anjing. Apakah makhluk ini mencium darahku, masalahnya aku sedang datang bulan. Akhirnya setelah aku memaksakan bibirku untuk terbuka aku berani mengatakan,
“Siapa kau?”
Lalu aku memejamkan mataku, berharap dia tidak menggigitku. Setidaknya sekalipun dia menggigit aku tidak melihatnya.
“Kau dalam bahaya.”
“Jangan makan aku, kumohon.”
Akhirnya aku menangis juga setelah berusaha menahannya. Aku benar-benar ketakutan, nyawaku terancam, aku akan mati. Tapi makhluk itu akhirnya menjauh dariku.
“Aku tidak makan manusia, tapi jika aku ingin aku akan melakukannya.”
Aku mencoba membuka mataku, sepertinya dia tidak semenakutkan seperti saat pertama aku melihatnya.
“Siapa kau itu. Hantu, monster, vampire,...?”
Dia tidak menjawabnya. Jika kuperhatikan, dia seperti manusia tapi terlihat berbeda. Manusia tidak memiliki taring dan telinga sepanjang itu, kulitnya juga sangat putih dan pucat, dan gaya rambut berponinya sangat manis. Maksudku, tentu saja jika dia tidak menyeringai padaku.
“Aku tidak sepertimu.”
.....tbc
*1 kaki=12 inc=30,48cm
What's on your mind?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar