Sabtu, 25 Januari 2014

contoh autobiografi


Assalamualaikum wr. wb


Pada kesempatan ini saya akan menulis sebuah autobiografi, tujuannya untuk memperkenalkan diri saya sebagai newbi. Saya masih belajar ngeblog, jadi untuk seterusnya saya berusaha untuk memaksimalkan kinerja saya di bidang pengeblogan(?) ini.



Nah, sudah tahu kan apa itu autobiografi? Autobiografi adalah tulisan mengenai biodata diri pribadi.
Yang artinya juga ditulis oleh orang yang bersangkutan. Tapi, saya disini akan menulis menggunakan sudut pandang yang berbeda, yaitu menggunakan sudut pandang orang ketiga.



Tapi berbeda loh dengan biografi. Biografi itu riwayat hidup seseorang dari lahir sampai tua atau akhir hayat dan ditulis oleh orang lain. Dan objeknya juga merupakan seorang yang terkenal atau berpengaruh di masanya.




Baiklah, berikut merupakan contoh autobiografi:






Pada tahun 1997, tepatnya hari jumat tanggal 18 April pukul 23.50. Lahirlah seorang bayi perempuan yang diberi nama FANI APRIANI ADHA. Dia merupakan anak kedua dari pasangan Nanang Suryana Ahmad dan Sugiyem. Ayahnya merupakan keturunan Tasik Malaya yang lahir di Karawang, sedangkan ibunya asli orang Jawa Tengah yang lahir di Sukoharjo, Solo. Fani merupakan anak kedua dari tiga bersaudara yang tinggal di sebuah rumah sederhana di Kota Karawang, yaitu di Desa Talagasari, Dusun Krajan I, Rt/Rw 001/001, Kecamatan Telagasari. Sehari-hari ayah Fani bekerja sebagai penjual bubur ayam, sedangkan ibunya berjualan jamu. Dia mempunyai seorang kakak perempuan yang bernama Gitawati Nurpandu Harini yang sekarang telah bekerja sebagai karyawan di salah satu perusahaan Jepang di Purwakarta. Dia juga mempunyai seorang adik laki-laki yang bernama Mohammad Fajar Agustian yang kini bersekolah di SMP Negeri 1 Telagasari kelas VIII I.


Pada tahun 2003, Fani bersekolah di SD Negeri Talagasari 1. Dia tidak menempuh pendidikan di taman kanak-kanak terlebih dahulu seperti yang dijalani teman-teman sebayanya dikarenakan faktor biaya. Sejak kecil anak yang biasa dipanggil Ani ini memang menyukai hobi menggambar, sehingga dia pernah mengikuti perlombaan melukis selama 2 tahun, yaitu kelas IV dan V serta berhasil beberapakali menjadi juara I walaupun hanya sampai tingkat Kecamatan. Sejak duduk di kelas I, dia merupakan salah satu murid yang cukup pandai di kelas, terbukti dari nilai rata-rata raport yang tinggi serta peringkatnya yang selalu masuk sepuluh besar. Sejak menduduki bangku kelas IV, Fani mulai menyukai kegiatan tulis menulis, seperti puisi dan cerpen. Sehingga cukup banyak menghasilkan karya-karya buatannya. Selain itu, dia juga pernah beberapa kali mengirim hasil karya tulisnya ke majalah dan koran anak, namun tidak pernah mendapat tanggapan.
Fani bukanlah anak yang aktif dibidang non akademis, kurangnya dukungan dari orang tua juga membuat dia tidak mahir dimata pelajaran olah raga. Untuk urusan yang berhubungan dengan fisik, dia tidak terlalu menyukainya. Fani juga pernah mengikuti seleksi untuk mengikuti perlombaan cerdas cermat sains, dan terpilihlah dua orang. Namun, karena syarat perlombaannya hanya diminta satu orang, akhirnya Fani tidak ikut serta.


Fani lulus pada tahun 2009 dan melanjutkan ke SMP Negeri 1 Telagasari. Fani memang bukan anak yang pandai bergaul saat menduduki bangku di kelas VII A (kelas favorit waktu itu), jumlah temannya bisa dihitung dengan jari, atau sekitar 4 orang saja. Dia adalah anak yang pendiam, tak bisa bersosialisasi dan jarang tersenyum. Aneh memang, dia tak suka bergaul atau berkumpul bersama teman-temannya, bila melihat orang asing dia merasa takut, dia lebih memilih diam di bangkunya daripada berkenalan dengan teman-teman yang lain. Ani Warni Rohmawati, adalah teman sebangkunya yang sudah cukup akrab sejak SD. Selain itu ada Lulu, Maliah, dan Syntiani, merekalah yang menjadi temannya saat mulai memasuki semester awal di kelas VII. Namun seiring berjalannya waktu, Fani mulai akrab kepada teman-teman sekelasnya. Saat masih kelas VII, dia pernah mengikuti ekstrakulikuler/ekskul Mading (majalah dinding), karena dia suka menulis dia memilih ekskul tersebut. Sayangnya tak ada yang berminat mengikuti ekskul tersebut. Anggotanya hanya Fani dan Syntiani. Sehingga, dia dan temannya mengikuti ekskul lain yaitu English Club. Walaupun mengenal banyak teman, tak lantas membuat Fani menjadi seorang anak yang ceria, termasuk saat menduduki kelas IX, dimana diadakannya penentuan kelas baru dan pastinya bertemu teman-teman baru. Di kelas IX lah dia sangat menyukai pelajaran Fisika dan Bahasa Inggris, karena guru yang mengajar sangat menyenangkan. Itulah sebabnya, seorang murid akan pintar bila dia menyukai gurunya, sehingga menggemari pelajarannya, dan nilai pun akan meningkat. Begitu pula sebaliknya.


3 tahun lamanya mengenyam pendidikan di bangku SMP, mungkin orang-orang menilai kalau masa inilah (pubertas) masa yang paling indah dan menyenangkan. Tapi tak begitu dengan Fani, dia merasa bahwa masa apapun adalah sama. Dimana orang-orang sudah mengenal arti kata “pacaran”, sedangkan dia masih bertingkah kekanak-kanakan. Hari-hari yang dilaluinya monoton, tak ada yang istimewa sama sekali. Namun satu hal yang terindah hanyalah persahabatan. Persahabatanlah yang membuat hidupnya jauh dari kata kesepian. Sahabat memang tak selalu hadir dimanapun kita berada, tapi akan selalu peduli terhadap apapun yang kita lakukan.


Setelah melepas masa SMP yang labil, yang penuh cerita suka dan duka tentunya setiap orang mempunyai keinginan untuk melanjutkan kejenjang yang lebih tinggi. Mereka bebas memilih sekolah manapun yang mereka inginkan, namun Fani tak berniat masuk ke SMA lain selain SMA Negeri 1 Telagasari, alasannya karena dia tak ingin menambah beban orang tua bila masuk ke sekolah yang lain. Hanya sekolah itulah yang jaraknya cukup dekat dengan rumahnya. Dia masuk ke kelas X.8, kelas terakhir yang penghuninya para pemberontak. Setiap hari yang ada hanya omelan dan ceramahan para guru juga ocehan para penghuninya sendiri. Selalu membuat onar dan keributan yang memancing amarah. Tapi walaupun begitu, dia tak pernah menyimpan dendam kepada teman-temannya. Dia sadar, dia pun sering melakukan kesalahan terhadap orang lain. Mungkin di kelas selanjutnya dia tidak akan menemukan suasana seperti ini lagi. Jadi, walaupun itu adalah kenangan buruk, suatu saat pasti dirindukan juga.


Tak seperti di SD ataupun di SMP, di sekolah ini dia merasa sangat terbebani. Kini, nilai-nilainya menurun drastis, dia mulai kehilangan kepercayaan diri dan semangat belajar. Sulit berkonsentrasi sehingga tidak menguasai materi pelajaran. Menyalin catatan teman karena malas mengerjakan tugas sekolah, tapi disaat ulangan (ulangan harian, tengah semester atau akhir semester), dia sadar bahwa melakuan kecurangan itu adalah sebuah dosa, dan Tuhan Maha Melihat. Oleh karena itu, dia lebih percaya kepada dirinya sendiri walaupun teman-temannya mencontek, dan imbasnya nilai-nilainya sangat buruk. Sebenarnya dia bukan malas untuk belajar, karena disaat ulangan akan dilaksanakan dia harus mengerjakan tugas-tugas yang begitu banyaknya. Bukan dia saja, tapi seluruh siswa. Dan mereka juga sama mengeluhnya. Dia mulai merasa lelah untuk belajar. Namun, dia tetap tidak akan menyerah untuk melawan kebodohan.


Dia mempunyai sebuah harapan, mungkin sama seperti yang lain. Tapi, saat ini dia belum tahu apa cita-citanya dan apa yang harus dilakukan untuk masa depannya nanti. Dan mungkin masih dalam pemikiran. Sekarang dia duduk di kelas XI IPA 5, yang belum dapat diceritakan apa baik buruk dan susah senangnya, yang pasti semua yang duduk di kelas tersebut selalu mengharapkan yang terbaik. Semoga setiap tahun kita bisa membawa perubahan untuk mencapai masa depan yang gemilang dan bisa terus bersemangat untuk melawan kebodohan.








Itulah contoh autobiografi mengenai diri saya.
untuk kurang dan lebihnya saya mohon koreksinya dari anda.



Wassalamualaikum wr. wb



3 komentar: